Senin, 28 Maret 2011

Flas Fiktion "Edelweis"




Tepat di hari ini ketika basah itu telah jatuh dan segera mengering dan mengendap..

Malam itu kedatangan nya sunggu tak di duga, entah angin apa yang membuat nya datang di malam yang telah melarut itu.

“Kamu” sontak aku terkaget dengan kedatangan nya secara tiba-tiba

“Hei, maap yah kalo kedatangan ku malem ini waktunya ga tepat”

“ oh ia enga apa apa, kebetulan aku juga belum tidur, ya udah yuk masuk”.

Entah apa yang membuatnya kala itu harus datang tiba-tiba, tapi aku merasa sangat bahgia walapun aku mencoba menutupi segala perasaan itu. Rian ia laki-laki yang selama bertahun-tahun telah menjadi sahabat ku. Aku mengenal nya semenjak kita masih sama-sama bersekolah di sma. Namun belakangan semenjak kita lulus dan berbeda tempat kuliah kami menjadi sangat jauh dan jarang bertemu. Di mataku ia adalah sosok laki-laki yang aku puja entah ia menyadarinya atau tidak, tapi dulu semasa sma kita adalah sahabat yang sangat dekat bahkan di antra sahabat- sahabt ku yang lain.




Aprodit telah menancapkan busurnya sangat dalam, namun sebuah kata persahabat yang tersemat di antara kita berdua seakan menjadi tameng yang sangat kokoh untuk mengghalangi perasaan cinta itu tumbuh. Ah entah lah mungkin aku terlalu takut, takut mengungkapkan nya tetang segalanya, Aku tak mau perasaan cinta ini berubah menjadi malapetaka, aku hanya ingin tetap menjadikan nya anugraha meskipun hanya dalam bentuk perasaan yang tidak aku ingin kan ‘hanya menjadi seorang sahabat’ setidaknya itu lebih baik, karena aku tak mau membayangkan kenyaataan seandikan saja hubungan cinta yg dibangun di atas pondasi persahabtan ini akan menghncurkan segalanya hingga menciptakan sekat dan jarak. Tidak aku tidak ingin membayangkan nya, cukuplah anugrah ini bagiku.....

Lagit semakin hitam tertutup awan mendung yang semakin menengglamkan cahaya sinar bulan, tetes-tetes hujan kembali turun membasahin tanah yang sebelumnya telah mengering, menciptakan suasana malam yang dingin.

“Rindah aku ga lama-lama disini, aku cuman ingin memberikan ini buat kamu !”

“Ini apa yan?”

“Itu buat kamu Rin, ya udah yah aku pergi sekarang"

"loh qo...? yah." sebuah kotak yang terbalut dengan lapisan kertas berwarna putih berhias sebuah pita berwana merah jingga di berikan Rian kepada Rinda dan sesaat tampa di sadari ketika rinda sedang mengamati kotak itu yang ia terima dari tangan Rian dan meletakan kota itu di meja teras, dan ketika ia berbalik menoleh ke tempat nya semuala Ternyata Rian telah menghilang pergi dalam pekat malam tampa jejak.

Di Hembuskan nya nafas panjang... mendadak perasaan nya kembali hampa..

Sinar mentari di ufuk timur perlahan menebus celah-celah lubang jendelah mencipta kumpulan titik-titik sinar dalam sebuah ruang. Rinda masih terjaga dalam tidurnya namun sontak ia terbangun seketika di kagetakan oleh suar dering telepom genggam nya yang berada tidak jauh dari kasurnya..

Dengan keadaan setengan sadar ia segera beranjak dari tempat tidurnya, dan segera mengambil telepon genggam tersebut dan dilihatnya ternyata dari salah seorang sahabatnya yang bernama Dina.

"Ya halo, ada pa din, tumben pagi-pagi-pagi lo nelepon"

"Nda...nda, haloo Rinnndaaa" Terdengar suara Dina di seberang sanah terburu-buru.

"Yah din kenapa buru-buru amat seh ngomongnya, saking kangen yah ama gue, memang ada apa?"

"gue mau ngomong tentang Rian, nda" perlahan suara dina di seberang sana semakin melemah seakan menyimpan sesuatu yang sulit untuk di katakan kepada Rinda.

"Oh Rian, emang Rian kenap din?"

"Rian...Rian kecelakaan nda !" Dina berkata dengan terbata-bata, berusahan mengendalikan kesedihan nya.

"Apa..Rian kecelakaan din? Kapan din? Lo ga lagi becanda kan din? Rinda dengan kalapnya terus membrodong pertanyaan-pertanyaan kepada dina.

"Ia nda, selepas magrib tadi malem Rian kecelakaan, dan Rian..Rian ga bisa tertolong lagi dia udah pergi nda...pergi untuk selamanya"

"Ga mungkin din, itu ga mungkin" Mendadak Perasaan Rinda kini di liputi awan kelabu, Air matanya mengucur deras dan tak mampu di bendung nya. seketika ia merasa setengah jiwa nya menghilang.

Masih dalam balutan hangat air matanya kini pikiran nya menerawang jauh, sejenak bayangan masa lalu dan potongan-potongan kenangan tetang Rian berseliweran dalam pikiran nya. Sesat kemudian Rinda mengingat apa yang semalam terjadi, lantas ia segera berdiri dan menuju meja yang disana terletak sebuah kotak yang berhias pita merah jingga. Dia amati kembali kota tersebut sambil Rinda bertanya dalam bantin nya " kalo Rian kecelakaan, lalu siapa yang dateng tengah malem itu dan memberikan kotak ini, bukan kah itu Rian" Rinda masih bertanya dalam diam. Dengan rasa penasaran yang sangat Rinda segera membuka kota itu, terlihat lah sebuah kertas surat berwarna putih, "ia ini dari Rian" Batin nya berkata, lantas Rinda segera membuka dan membaca nya.

" Hai Nda apa kabar, aga terasa aneh juga seh soalnya ini pertama kalinya gue mengiri surat buat kamu..hehe jangan marah yah, Karena memang ga semuanya harus di sampaikan lewat lisan kan, lagian juga kalo pake surat kaya gini kan lebih keliatan romantis...hehe, Oh ia nda hari ini kamu ulang tahun kan, jadi met ulang tahun yah, moga jadi tambah dewasa ya nda dan semoga jadi orang yang lebih mengerti, mengerti betapa banyak orang yang sangat sayang dengan kamu nda, terlebih lagi orang tidak kamu sadari. Nda kamu tau, mungkin udah banyak ratusan malam, dan ratusan hari yang udah kita lewati sebagai seorang yang sangat dekat, tapi baru kali ini gue ngasih sesuatu buat kamu..hehhe maap yah.

Oh ia nda selain sura ini yang gue tulis buat kamu, gue juga mau ngasi sesuatu yang sepesial, ok yang sesial itu apa? Sebelum nya gue mau cerita dulu. Beberapa minggu lalu gue sempet melakukan perjalanan nda, gue mendaki gunung semeru, yah gunung yang paling tinggi di tanah jawa. gunung yang konon menjadi tempat bermukim para dewa, sengaja kenapa gue mendaki gunung itu nda karena ada hal yang pengen gua lakukan, walapun sebenernya gue ga pernah naek gunung sebelum nya tapi engga apa-apa, gue tetep beraniin diri dan yang pasti gua juga jadi tau satu hal bahwa di gunung itu dingin nda..hehe

Dan kenapa gua harus capek-capek ngedaki gunung semeru itu nda, salah satunya adalah karena gua pengen bilang di bumi yang tertinggi di atas pulau jawa ini, bahwa gua sebenernya selama puluhan tahun ini telah memendam perasaan yang sangat dalam kepada seorang wanita, yang telah mengisi setiap energi dalam cahaya kehidupan gua.

 Gua pengen angin, embun, kabut, matahari, jingga dan semua elemen pembentuk keindahan ini tau betapa gua sangat sayang dan telah jatuh cinta kepada wanita ini dan wanita ini adalah kamu Nda. Yah Rinda Aryani yang menjadi sahabat gua sejak lama. Dan satu lagi nda gua juga mau memberikan sesuatu buat kamu yaitu bunga, bunga Edelweis yang gua petik dari Gunung semeru, bungan yang melambangkan ke abadian karena walapun di petik ia tidak pernah layu sehingga banyak orang menyebutnya Edelweis adalah bunga Abadi. Walapun dengan kepayahan akhirnya gua bisa memetik bunga itu nda buat kamu. Jadi cuman untuk dua hal itu nda kenapa gua mendaki Gunung semeru, dan masih banyak cerita yang laen nda yang seru yang pengan gua ceritakan ke kamu cuman nanti aja yah kalo kita ketemu.

Makasih yah nda, selama ini udah jadi sahabat gua dan seandikan gua bisa berharap lebih, gua akan sangat bersukur nda. Tapi semoga permohonan gua di atas Gunung semeru itu jadi kenyataan... Amin

Met ulang tahun Rinda”...

Seketika Rinda meneteskan air mata kembali tangan nya bergetar memegan surat dan tangan yang satunya mengambil seikat bunga Edelweis yang berada di dalam kotak yang sebelum nya tertutp oleh surat yang kini sedang di baca Rinda. Tampa di sangaka selama ini oleh Rinda ternyata Rian pun menaruh perasaan yang sama dengan apa yang di rasakan oleh Rinda selama ini. Yah selama bertahun tahun mereka berdua telah menyimpan rahasia hatinya masing- masing. Tapi kini semuanya telah usai Rian telah pergi bersama perasaan cinta nya. Cinta dalam diam, dan cinta yang tak terkatakan nya.

“Rian betapa aku juga mencitai kamu” Di peluknya sepucuk surat yang berada di genggaman Rinda dengan sangat erat..

Matahari semakin beranjak naik tinggi menciptakan sorot sinar yang semakin pekat. Di ambilnya sebuah vas dan ia letakan di antara jedela. Edelweis. kini menjadi penghias kamarnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar